08 November 2009

Sombong

sombong som.bong
a menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah.

Itu kata kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamu punya tidak di rumah? Nggak? Sama.

Tapi itu kan kata kamus, dan saya tidak harus selalu dengar kamus. Bukan hanya kamus tidak bisa ngomong, tapi juga memangnya kamus itu siapa? Dosen bukan, pacar bukan, dokter juga bukan. Kamus itu hanya saya gunakan kalau ingin mencari suatu kata. Bisa juga digunakan untuk menggeplak kepalamu yang semoga ada isinya itu.

Jadi, apakah saya sombong?

Tidak!

Sungguh?

Sungguh! Percayalah!

Tidak bohong?

Tidak! Tidakbohong!

(...dialog ini dapat dilanjutkan kapan-kapan, sesuai dengan dialog seperti yang sering kita dengar di telenovela.)

Tapi, oh, tetapi, saya mau pamer beberapa hasil kerjaan tangan saya. Tangan yang alhamdulillah diberi keterampilan untuk menggambar, meskipun teman-teman saya banyak yang lebih jago menggambar dibanding saya. Tapi, meskipun begitu, kata orang(yang kurang pandai menggambar) gambar saya bagus.... Tapi saya tidak sombong. Beneran deh.

Saya cuma mau pamer, agar supaya situ bisa kasih komen, bisa mengagumi, atau minimal bisa tahu kalau saya itu bisa menggambar... dan saya tidak sombong. Yaaa pokoknya supaya situ bisa mengapresiasi lah.

apresiasi ap.re.si.a.si
[n] (1) kesadaran thd nilai seni dan budaya; (2) penilaian (penghargaan) thd sesuatu; (3) kenaikan nilai barang krn harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah.

Itu saya kasih definisi kata apresiasi, kopi-paste(bukan kopi susu) lagi-lagi dari si kamus. Tentunya saya tidak perlu kasih tahu definisi nomor berapa yang perlu kamu pakai bukan? Dan tentu saja saya juga tidak perlu kasih tahu sumedang.

Ah, saya jadi lupa, itu saya mau apa tadi?

Ah, iya, pamer!

Pamer gambar!

Sombong?

Tidak! Tidak sombong!



Nih, ah:


Komposisi Benda #1
(pensil di atas kertas)


Komposisi Benda #2
(pensil di atas kertas)


Gita
(tinta cina di atas kertas)


Anggur #1
(cat minyak di atas kanvas 80 x 70 cm)


Anggur #2
(cat minyak di atas kanvas, 70 x 70 cm)



Bawang
(cat minyak di atas kanvas, 60 x 80 cm)



Vanni
(cat minyak di atas kanvas, 60 x 80 cm)


Kamu boleh komentar kalau kamu mau. Tidak komentar juga tidak apa-apa. Yang penting kamu sudah lihat, sudah mengapresiasi meski hanya dalam hati, dan kamu tahu kalau saya bisa menggambar dan melukis... dan saya tidak sombong.

02 November 2009

Seno Gumira Ajidarma dan Kembar Siam Negro-Cina

Aneh ya judulnya?

Biarin. Blog aing kumaha aing! Huhahahahaha!

*ahem*


======= Seno Gumira Ajidarma
Well, kemarin gw lagi kangen sama salah satu cerpennya Seno Gumira Ajidarma yang judulnya Legenda Wongasu. Jadilah gw main ke sana, baca cerpen itu lagi, dan berakhir dengan gw baca cerpen-cerpen SGA yang lain. Maann... gokil! gokil! gokil! Ya, tiga kali! Satu kata gokil gak akan cukup menggambarkan luas serta tajamnya imajinasi seorang SGA.

Gw bukan penggila sastra. Gw gak tiap hari baca buku. Gw gak tau banyak soal dunia sastra. Tapi satu hal yang gw tau, tulisan-tulisannya SGA itu keren banget. Imajinasinya liar, surealis, dan sarat makna. Dia berhasil menghidupkan khayalan-khayalan seperti, Negeri Senja di mana matahari tidak pernah tenggelam, tersangkut di cakrawala, cerita tentang seorang pemuda yang memotong pemandangan dengan pisaunya dan mengirimkannya untuk pacarnya via pos, atau cerita tentang manusia berkepala anjing. Imajinasi yang begitu liar, begitu hidup, hingga terasa begitu nyata.

Udah ah, daripada gw cerita panjang lebar, mending sampeyan mampir aja ke blognya, kasih komentar dan pujian buat beliau.

Alrite, next topic.



======= Kembar Siam Negro-Cina

Belum lama ini gw berpikir(dan menyimpulkan) bahwa kita punya dua sisi baik dan buruk yang saling bertempur satu sama lain. Oke, ini emang klise. You know, kayak malaikat dan iblis(bukan, bukan judul novelnya Dan Brown) yang menghasut dan mengingatkan kita, membawa kita ke arah yang baik dan buruk. Berlawanan. Tarik-menarik.

Kalau kata Sigmund Freud, manusia punya Id, Ego, dan Superego... Apa? Jelasin di sini? No u!!1 JFGI!!

Eniwei, gw berpikir, jangan-jangan kalau perseteruan antar 'malaikat' dan 'iblis' itu semakin meruncing, akan terbentuk kepribadian ganda di dalam diri kita? Oh, atau mungkin emang udah ada? I mean, yang mengajak ke kebaikan dan kejahatan itu sebenarnya diri kita sendiri kan? Suara itu berasal dari dalam diri kita. Baik dan buruk itu gak bisa dipisakan, seperti... seperti KEMBAR SIAM.

Ya, kembar siam. Kembar siam yang masing-masing menolak yang lainnya. Bertolak belakang. Jadi, gw pikir kalau dua 'suara' itu bisa menjelma jadi orang, mungkin dia akan jadi kembar siam negro-cina. Yang satu item, keriting, bibir tebel, mata belok. Yang satunya putih, rambut lurus, bibir tipis, mata sipit. Mereka berbeda, tapi satu tubuh dan gak bisa dipisahkan.

Gimana? Analogi yang bagus, kan?


======= Random Photos Are Random

Yes, random photos are random.

Ini dia beberapa foto geje yang ada di hape gw...


Sumpah, itu bukan motor gw.




FAIL.



denger-denger hantu permen itu nama lainnya pocong




Mas Siti


Okeh, see you in my next postingan!