15 November 2010

Immaturity and Underachievement

To be more exact: MY Immaturity and underachievement. Belakangan gw merasa gagal. Gagal dalam banyak hal. Mulai kuliah, kemahasiswaan, sosial, dan lain-lain. Lukisan jelek, sawah gagal, menarik diri dari pergaulan, dan gak punya pencapaian apapun.

The worst thing is: gw tau penyebab kegagalan gw tidak lain dan tidak bukan adalah diri gw sendiri. Gw gak serius dalam ngerjain sesuatu, dan itu salah. Gak ada alasan, pokoknya salah. Gw udah kepala dua, dan gw harus dewasa. Sucks, yes. That’s life.

I can argue that “I still haven’t find myself, so I can’t give my best at my paintings”. Tapi jelas itu bukan alasan yang bisa diterima, bahkan meskipun itu benar-benar yang gw rasain. Tunggu, apa benar itu yang gw rasain? Atau itu cuma sekedar alasan untuk menutupi kemalasan gw? Atau dua-duanya benar? Gw gak yakin sama diri gw sendiri. Tapi kayaknya sih yang kedua. Hehehe... eh, anjing, malah ketawa. Goblok.

Soal sawah, well... for some reason, I prefer to write it here rather than saying it directly with the voice from my goddamn mouth. Gw takut, dan itu membuktikan bahwa gw salah. Fuck. Well, I’ll be frank: I never really wanted to do it. I thought I wanted it, but I realized that actually I didn’t. Makannya gw gak pernah benar-benar serius, bahkan gw kehilangan makna apa yang gw lakuin. Sorry guys, but at least I want you to know the truth, meskipun gw nyampeinnya dengan cara se-taik ini.

Menarik diri dari pergaulan? Well... sort of. Sejak lulus TPB gw mulai jadi penyendiri, gak produktif(as if gw pernah produktif), dan melarikan diri ke depan layar, mostly lurking in teh internet, or playing video games. Dan mungkin, disadari atau nggak, gw beli PSP juga buat itu, terlepas dari gw emang pengen punya PSP dari dulu.

Eniwei, ada alasan gw gak deket dengan orang-orang yang dulu deket sama gw. Gw terlalu pengecut untuk minta maaf, dan memilih untuk cabut dari mereka sambil mencari pembenaran atas tindakan gw, sambil menguatkan diri sendiri bahwa gw bisa hidup tanpa mereka, dan sambil bersikap masa bodoh dan menganggap apa yang terjadi terjadilah, gw gak bisa menarik perkataan gw, dan inilah harga yang harus gw bayar. Dan gw bersedia membayarnya(at least until now). Lagipula, kalo dipikir-pikir lagi, alasan gw jadi temen mereka juga punya muatan politis: gw pengen deket sama gebetan gw. And it ends up she(and they) hates me and see me as a pathetic fucking douchebag. I’m totally done for.

Pencapaian... Hmph. Gw gak punya pencapaian apapun yang cukup berharga untuk dibanggakan. Gw nyaris gak pernah serius dalam ngerjain sesuatu dan sering berhenti di tengah-tengah. Kenapa? I simply lost my passion, that’s all. Kenapa gw bisa segampang itu menyerah? Nah, itu yang mau gw bahas di paragraf berikut...

It’s called underachievement. Sebuah istilah untuk menjelaskan ketidakmampuan atau kegagalan untuk menampilkan tingkah laku atau prestasi sesuai dengan usia atau bakat yang dimilikinya. Dengan kata lain, potensi yang tidak terpenuhi.

Read this if you want: http://episentrum.com/artikel-psikologi/underachievement/

Setelah baca artikel itu, gw semakin yakin bahwa gw adalah seorang underachiever. Gw yakin punya kemampuan di atas rata-rata, tapi pencapaian gw gak menunjukkan itu. Malah kenyataannya gw gak punya pencapaian apapun yang cukup berarti. Oke, sebagian mungnkin bisa bilang masuk ITB itu pencapaian yang cukup bagus, tapi somehow gw gak ngerasain itu lagi. Gw gak lagi bangga sebagai anak ITB maupun anak SR. Gw gak bangga sama diri gw sendiri.

Sayang, artikel itu berfokus menjelaskan underachievement pada anak-anak. Dan gw sudah kepala dua I’m kinda pissed off, actually. Gw udah terlalu tua untuk melakukan kesalahan. Gw udah terlalu tua untuk bersikap kayak kekanak-kanakan.

Kalo boleh jujur(and being a pathetic fucktard), gw pengen menyalahkan masa lalu gw... atau mungkin tepatnya, orang tua gw. Gw gak dibesarkan dengan cara yang benar! Gw terlalu dimanja, terlalu dimudahkan, dan gak dilatih untuk bisa ngambil keputusan sendiri. Gw biasa mendapatkan segala yang gw inginkan, dan gw gak tau kalo itu buruk buat perkembangan kepribadian gw. Well, gimana gw bisa tau? Gw cuma anak kecil. Walhasil, gw tumbuh sebagai orang dengan kepercayaan diri yang rendah atau mudah jatuh. Gw butuh diyakinkan bahwa tindakan gw akan diapresiasi, dan ketika gw kehilangan keyakinan itu, hilanglah semangat gw dan gw berhenti. Tolol? Ya. Sangat.

Oh, betapa gw ingin me-restart kehidupan gw. Betapa gw ingin jadi anak-anak lagi dan tumbuh jadi orang yang bertanggungjawab, berprestasi, dan lain-lain. Okay, another stupid thing to say.

Well, mau jungkirbalik sampai SBY diganti juga, gak ada yang bisa gw lakukan pada masa lalu gw. jungkirbalik sampai presiden diganti sembilan kali juga masih gak bisa. So, it’s actually pointless to ponder upon such thing. Gak ada gunanya gw menyalahkan masa lalu gw. Gak ada gunanya gw berkeinginan untuk mengubah masa lalu gw.



....



....



....



....Fuck you, life. Fuck you.





Huff... lega rasanya udah ngeluarin uneg-uneg dengan cara se-taik ini. I fell better, srsly.