23 Desember 2010

NonTRON



Nonton + TRON = NonTRON

Holy shit, Harun. That's an incredibly lame pun.

Okay, whatever. I can't think any better title for this post.

Well, hello there, readers! How ya doin'?

So, kemaren gw abis nonTRON... yeah, nonton TRON bareng temen-temen gw di Ciwalk. For some reason, gw jalan dengan pakaian seperti ini:


Nggak, gw gak lagi cosplay. Gw cuma make sweater hoodie sama topinya. Trafalgar Law emang satu dari sedikit karakter anime/manga yang kostumnya bisa dipake sehari-hari.

Eniwei, berikut hal-hal yang gw pikirkan selama gw nonTRON:
  1. KOSTUMNYA KEREN!!!1 GW MAU COSPLAY JADI MEREKA! SIAPAPUN POKOKNYA SALAH SATU DARI MEREKA!! *nosebleed*
  2. Terutama Rinzler! Rinzler, oh Rinzler. He's just so damn awesome. Btw, Clu in his badass (shiny)long coat is pretty cool too.
  3. Wait, gimana cara gw bikin kostum gw nyala?
  4. Layar touchscreen?! Dari tahun 80-an?! O_o"
  5. Oh, itu lightbike... kirain lightsaber.
  6. Blue is good, red is bad... as always.
  7. Kevin Flynn mirip banget sama Obi-Wan Kenobi.
  8. Hey, isn't that... OMG, it's Daft Punk!!
  9. Hollywood can't make action movie without any bar scene, can they?
  10. Quorra is hot.
Ngomong-ngomong soal Quorra, sejak pertama kali ngeliatnya gw jatuh cinta ngerasa Quorra itu mirip banget sama Soi Fon dari anime Bleach. Ini perbandingannya:


Kiri: Quorra dari Tron Legacy
Kanan: Soi Fong dari Bleach

Kesamaan paling mencolok:
1. Model rambut
2. Bahu yang terbuka (for no practical reason)
3. Sama-sama 'ninja' (gaya bertarung akrobatik)

Ripoff?
Heavily inspired?
You be the judge.

Btw, banyak yang lucu-lucu soal TRON di sini dan di sini.

So, that's it for today. See you in my next postingan!

21 Desember 2010

Pamer Karya Tugas Studio

Hello, readers!

Apa kabar? Sehat?
Udah pada liburan belum? Gw udah dong. Hohoho...

So, kali ini gw mau pamer beberapa hasil tugas studio gw. Semester ini temanya Formalisme.

Harun, apa itu Formalisme?

Okay, buat mereka yang gak familiar sama dunia seni mungkin gak tau istilah itu. Formalisme adalah suatu gaya yang menekankan pada aspek bentuk (form) dari suatu karya seni. Formalisme gak bicara makna, simbol, atau tetekbengek lainnya. Formalisme adalah susunan unsur-unsur rupa seperti warna, garis, tekstur, dsb. Semua disusun di atas kanvas, menghasilkan komposisi yang indah.

Nah, karya gw dibuat dengan memakai pendekatan itu. Jadi, buat yang ngeliat, gak usah pusing-pusing mikirin 'ini artinya apa ya?' atau 'koq badan orang warnanya biru sama pink?', karena bukan begitu cara mengapresiasinya. Nikmati saja warnanya, teksturnya, garisnya, dan komposisnya, karena memang gak ada yang lain. Gak ada makna, gak da cerita, semuanya adalah komposisi unsur-unsur visual.

So, long story short, here we go:


"Composition No.2"
Mixed media on canvas, 90 x 90 cm


"Red Door"
Mixed media on canvas, 70 x 90 cm


Torso in Red and Blue
Mixed media on canvas, 80 x 120 cm


Itu tiga dari enam lukisan studio gw. Sengaja gw pilih yang paling gw suka. Tiga-tiganya dilukis di atas kanvas, pakai cat minyak dan oil pastel (crayon). Itu lukisannya lagi di-display di studio, pas penilaian.

So, what do you think? Feel free to mock me. B-)

See you in my next postingan!

17 Desember 2010

Meme

Setelah gw baca lagi, kayaknya postingan gw yang terakhir gak terlalu menarik buat dibaca. Jadi, gw akan posting lagi meskipun gw baru ngepost kemaren.

Kali ini gw akan ngepost beberapa internet meme.

Internet meme? Apaan tuh?

Well, internet meme adalah...

Umm...

Well, it's uh...

...Okay, gw gak tau gimana ngejelasinnya. Liat aja di sini.

Atau di sini.

Atau kalo pengen penjelasan yang lebih baku, liat aja di wikipedia.

Well, long story short, here we go.











Kalo mau bikin juga, ada templatenya di sini.

See you in my next postingan!

16 Desember 2010

Jomblo

Tiga tahun lebih gw ngejomblo.

Banyak yang terjadi di antara waktu-waktu itu. Gw suka sama cewek yang udah punya pacar, gw diterima di ITB, gw suka sama cewek lain lagi, gw nginep di kampus, gw jatoh dari motor, gw dapet nilai A, gw lupa bawa handuk ke kamar mandi, dan lain-lain.

Perjalanan gw ini (padahal gak kemana-mana, cuma kosan-kampus-kosan lagi) membuat gw semakin dewasa...

....

....enggak ding, bo'ong.

Gw gak tambah dewasa. Kamar masih berantakan, masih jadi parasit buat orang tua, masih suka nyasar, masih ngerjain tugas H-6 jam, dan masih belum bisa menghapus folder bokep di laptop gw suka main game.

Oh, on second thought, main game gak ada hubungannya dengan kedewasaan. Game udah jadi bagian yang gak terpisahkan dari hidup gw. Gw tumbuh besar dengan main Sonic The Hedehog, Mortal Kombat, dan Final Fantasy, serta ratusan game lainnya. Sampai kapanpun gw akan terus main game.

Eniwei, tadi gw abis baca artikel ini, dan gw terinspirasi untuk nulis ini:

Gw jomblo dan gw bebas
Gw bebas menggunakan waktu gw
Gw gak perlu melayani cewek manapun

Gw adalah pribadi yang berharga
dan keberhargaan diri gw hanyalah untuk gw seorang
bukan untuk cewek manapun

Gw jomblo dan gw keren
Gw bisa menjadikan diri gw seperti apa yang gw mau
tanpa harus diatur sama cewek manapun

Gw bebas mengupgrade diri gw
Gw bisa mengurus diri gw sendiri dengan lebih baik
tanpa harus peduli sama kehidupan cewek manapun

Gw jomblo dan gw lengkap
Gw jomblo dan gw bebas
Gw jomblo dan gw bahagia






Ulangi tiga kali setiap bangun pagi.

13 Desember 2010

Kamar (calon) Seniman

Good news, readers!

Harunsaurus yang ceria sudah kembali! :D

Well, setidaknya hari ini gw gak lagi galau, jadi gw mau cerita tentang apa yang gw lakuin kemarin.

Kemarin, waktu lagi beresin kamar, gw menyadari bahwa dinding kosan gw berwarna putih... No, wait. Maksud gw, dinding kosan gw sangat menggoda untuk dicorat-coret. Dan jadilah gw mencorat-coretnya pakai... arang. FYI, itu arang gw beli beberapa bulan yang lalu, niatnya mau gw jadiin pengganti charcoal buat gambar, tapi ternyata gak enak, jadilah gw simpen sampe berbulan-bulan. Gw aja baru inget itu arang belum gw buang setelah buka laci.

Eniwei, ini yang gw tulis di dinding kamar gw dengan font guedhe:

"Whatever doesn't kill you will makes you stronger." --Nietzsche.

"Aku mau hidup seribu tahun lagi.: --Chairil Anwar.

"There is no retirement for artist. It's your way of life so there is no end to it." --Bono

"Do, or do not. There is no try." --Yoda.


Those lines are pretty badass, ain't they?

Ah, on second thought, gw mengganti quote-nya Nietzsche, seperti ini:

"Whatever doesn't kill you will makes you stronger stranger." --Nietzsche The Joker.

My, that sounds even more cool.

Terus, pintu kamar gw corat-coret pake oil pastel. Ini fotonya:



Argh, damn my low-res camera! Eniwei, begini tulisannya:

One does not simply walks into...

KAMAR (calon) SENIMAN
fuck yea.

Tulisan di kotak merah itu bacanya:
Beyond this point is a f**king messy room. If you're allergic to that please leave at once. Do not enter without permission. Lightsaber is the coolest weapon ever and vampires don't sparkle. You have been warned.
Terus ada quote di bawahnya:
You shall not pass! --Gandalf The White.
Di deket handle pintu gw tulis: Login. Oh, what a nerd, Harun.

Terus ada 'hit counter' bertuliskan, "You are visitor number... (ditulis dengan torus)". Jumlahnya tentu saja ngasal karena gw gak inget udah ada berapa orang yang pernah mampir ke kamar gw :P

Btw, ada yang ngebuka link yang gw selipin di beberapa kata di atas? Link itu menuju ke situs yang namanya tvtropes.org, situs yang ngebahas, euh... tropes. What the hell is that? Well, you see... tropes itu... ah, baca aja sendiri deh! Yang pasti itu situs yang lucu sekaligus keren. Protip: search your favourite film/manga/anime/video game and see the result. Enjoy your trope :)

Okay, gw mau sarapan dulu, terus ke kampus buat ngerjain tugas. See you in my next postingan!

11 Desember 2010

Kamar oh Kamar

Hello readeeerrrss!!

Apa kabar? Lama gak posting nih, dua postingan terakhir gw serius banget. Belakangan lagi galau nih. Galau gara-gara... banyak hal. Eniwei, gw lagi gak mood nulis yang galau-galau sekarang, jadi let's put that aside.

Well, postingan ini gw tulis jam 2.03. Saat ini gw lagi ngeberesin kamar gw yang superberantakan sama kayak hidup gw. Begitu berantakaannya sampai-sampai gw gak tau harus mulai dari mana buat ngeberesinnya. Disapu dulu? repot. Ngeberesin buku dulu? gw gak punya rak. Ngerapihin lemari dulu? ribet juga. Buang sampah? Gw susah ngebedain mana yang sampah dan mana yang bukan. Fesbukan dulu? ini gw emang sambil fesbukan koq.

...dan akhirnya gw memutuskan buat posting blog dulu.

Oke. Sepertinya gw sudah ngantuk. Kamar baru setengah beres. Baru gw sapu sampah-sampahnya dan gw tumpuk buku-buku di pinggir meja. Di kasur yang lagi gw dudukin sekarang ada gitar, mug, dan PSP. Meh, mau tidur aja ribet bener kudu ngeberesin tempat tidur segala.

Eniwei, sebelum gw semakin ngantuk, mending gw beresin kasur dulu deh. Besok lanjut lagi beberes kamarnya. Hehehe...

Oke, see you in my next postingan, readers!

08 Desember 2010

Ingin

Aku ingin begini, aku ingin begitu

Ingin ini, ingin itu, banyak sekali

Yang tidak tahu potongan lirik lagu itu mungkin tidak tinggal di Indonesia. Potongan lirik dari anime yang, menurut Ibu saya yang orang Jawa, 'kh ayale pol', sebuah sindiran atas imajinasi yang terlalu tinggi. Tapi toh akhirnya imajinasi itu pula yang mengantarkan anaknya kuliah di Institut Top Banget, di Fakultas Senang Rock'n Roll dan Dangdutan.

Tapi tidak, poin saya bukan imajinasi, melainkan kata kerja dalam potingan lirik tersebut: 'ingin'. Menurut KBBI, definisi kata 'ingin' adalah 'hendak; mau; berhasrat'. Kata ini jadi penting dalam kehidupan, bersama dengan kata-kata analogusnya seperti 'impian' atau, yang berkesan jahat, 'tamak'.

Manusia senantiasa merasa ingin. Ingin kaya raya, ingin lulus cum laude, ingin jadi seniman, ingin punya pacar, ingin jadi raja bajak laut, dan lain-lain. Rasa ingin pulalah yang membawa Neil Armstrong ke bulan dan Wright Bersaudara membuat pesawat terbang. Ingin mendorong kita untuk menjadi, ingin mendorong kita untuk memiliki.

Di zaman serba cepat ini, ingin mengalir dengan kecepatan 1024 kBps. Bukan, itu bukan kecepatan yang sebenarnya, hanya saja saya ingin menggambarkan betapa cepatnya rasa ingin itu mengalir, berubah dari satu keingingan menuju keinginan lainnya, seringkali secara simultan, memaksa kita untuk bekerja secara multitasking. Belum tercapai satu keinginan, sudah ingin yang lain. Belum juga lulus, sudah ingin kawin(baca:nikah).

Ingin menggerakkan pasar. Dari pasar tradisional sampai pasar modal. Para kaum kapitalis beranggapan bahwa 'greed is good'. Beralasan, tentu saja, mengingat tanpa keinginan untuk memperkaya diri, tentu perekonomian tidak tumbuh. Ada sebuah artikel di majalah Capitalism Magazine yang berjudul The Virtue of Greed. Walter William, penulis artikel itu mengatakan, "It is greed, not compassion, that get things done." Sepertinya kamu benar, Adam Smith.

Tapi apakah ingin membuat kita bahagia? Apakah dengan terpenuhinya ingin, lantas kita bahagia? Tanyakan pada keinginan sendiri, maka jawabannya adalah 'ya'. Tanyakan pada keinginan yang telah lewat, jawabannya akan lain. Keinginan mengalir dari satu objek menuju objek lainnya. Boleh jadi keinginan itu ngetem seperti angkot, menanti terpenuhi, tapi toh segera setelah itu dia akan jalan menuju keinginan lainnya, terus begitu hingga entah kapan.

Bila kau terus pandangi langit tinggi di angkasa

Takkan ada habisnya segala hasrat di dunia

Begitu kata Ahmad Dhani.

Ki Ageng Suryomentaram mengatakan dalam 'Wejangan Pokok Ilmu Bahagia'-nya, bahwa keinginan yang tercapai akan mendatangkan rasa bahagia, namun dengan segera keinginan ini akan mulur alias memanjang atau meningkat. Sudah punya Honda Jazz, ingin BMW. Berhasil beli BMW, ingin Bentley. Bosan mobil, ingin beli kapal pesiar, dan seterusnya. Maka, rasa senang selalu dibarengi dengan susah yang disebabkan tidak tercapainya keinginan. Manusia itu sebentar senang, sebentar susah.

Kemudian, Ki Ageng Suryomentaram juga menambahkan bahwa rasa senang adalah sama. Orang kaya senang bisa mendirikan pabrik, orang miskin senang bisa mendapatkan sesuap nasi. Sejatinya, rasa senang itu sama. Seorang guru ngaji senang bisa mengajari muridnya mengaji, seorang pencopet senang bisa mencopet dompet orang. Dua-duanya sama-sama senang. Rasa senang itu sama dan setara bagi siapapun. "Jika kita memahami bahwa manusia itu sebentar senang, sebentar susah, dan rasa senang itu sama bagi setiap orang, maka bebaslah kita dari neraka iri hati dan kesombongan," demikian disampaikan Ki Ageng Suryomentaram.

Dua tahun yang lalu, saya membaca Caping (Catatan Pinggir)-nya Goenawan Mohammad di majalah Tempo. Ia mengomentari soal kepanikan para pemilik saham dengan membayangkan Ki Ageng Suryomentaram. "Mungkin," tulis GM, "Inilah yang akan kita dengar dari Ki Ageng Suryomentaram: Yang menangis adalah yang berpunya. Yang berpunya adalah yang kehilangan. Yang kehilangan adalah mereka yang ingin.”

Itulah tulisan yang menginspirasi saya untuk membuat notes ini. Sempat tergugah hati untuk mengikuti jejak Ki Ageng Suryomentaram, untuk hidup bersahaja, mengatasi segala rasa ingin, seperti para sufi, mungkin. Tapi ternyata tak semudah itu. Saya masih tetap mengizinkan diri saya untuk membeli camilan ber-MSG. Saya masih tetap membeli Tutti Frutti Frozen Yoghurt ketika teman-teman saya membelinya. Saya tetap ngikut ketika diajak nonton, menempatkan ingin diatas kepentingan finansial yang lebih penting seperti menabung, misalnya. Dan dengan mudah saya bisa membenarkan tindakan saya dengan berkata 'pergaulan memang butuh biaya'.

Akankah saya jadi seperti Buddha yang terbebas dari rasa ingin? Saya tidak tahu, dan saya tidak tahu apakah itu baik untuk saya. Yang pasti kini saya tahu bahwa saya harus lebih banyak memberi ketimbang menerima. Mengamini Freud, setiap dorongan psyche sebaiknya saya sublimasikan, lewat karya, lewat tulisan, dan lewat perbuatan. Sublimasikan, supaya tidak neurosis, dan tidak jadi keinginan rendah semata, namun menjadi nilai. Nilai yang bisa saya, atau orang lain, tengok sewaktu-waktu, untuk mengingatkan diri tentang bagaimana bersikap di hadapan rasa ingin.

...Ah, kanvas habis.